Arti / Isi dari Serat Wulangreh Pupuh Pangkur (1)
Arti / Isi dari Serat Wulangreh Pupuh Pangkur (1)
karya SISK
Susuhunan Paku Buwana IV:
Sekar pangkur kang winarna.
Lelabuhan kang kanggo wong ngaurip.
Ala lan becik puniku,
prayoga kawruhana.
Adat waton puniku dipun kadulu.
Miwah ingkang tata krama,
den kaesthi siyang ratri.
Lelabuhan kang kanggo wong ngaurip.
Ala lan becik puniku,
prayoga kawruhana.
Adat waton puniku dipun kadulu.
Miwah ingkang tata krama,
den kaesthi siyang ratri.
Terjemahan
dalam bahasa Indonesia:
Tembang Pangkur yang dihias warna-warni.
Tentang pengabdian yang berguna bagi kehidupan.
Perihal buruk dan baik,
lebih utama kau ketahui.
Adat kebiasaan (tadisi) dan aturan hendaknya dipahami.
Serta dalam hal tata krama,
patuhilah siang dan malam.
Tentang pengabdian yang berguna bagi kehidupan.
Perihal buruk dan baik,
lebih utama kau ketahui.
Adat kebiasaan (tadisi) dan aturan hendaknya dipahami.
Serta dalam hal tata krama,
patuhilah siang dan malam.
Kajian per kata:
Sekar (tembang) pangkur (pangkur) kang (yang) winarna (diwarnai,
maksudnya dihias dengan warna-warni). Tembang Pangkur yang dihias
warna-warni.
Inilah tembang Pangkur yang dihias
dengan bahasa yang warna-warni, dengan maksud agar nasihat yang disampaikan
lewat tembang ini berkesan di hati. Seperti kelaziman pada jaman itu, hampir
semua serat atau kitab ditulis memakai tembang atau kidung yang mempunyai
metrum tertentu. Hal itu semata-mata demi keindahan bahasa, agar yang
mendengar tidak bosan, berkesan lebih dalam dan masuk ke dalam relung sanubari.
Demikian juga tembang Pangkur ini.
Lelabuhan (pengabdian) kang (yang) kanggo (berguna) wong (orang) ngaurip (berkehidupan). Tentang
pengabdian yang berguna bagi kehidupan.
Tembang ini membicarakan tentang
perbuatan yang berguna bagi orang berkehidupan. Pengabdian apa yang
seharusnya disumbangkan untuk masyarakat banyak, agar terwujud tatanan yang
lebih baik.
Ala (buruk) lan (dan) becik (baik) puniku (itulah), prayoga (lebih
utama) kawruhana (kau ketahui). Tentang buruk
dan baik, lebih utama kau ketahui.
Yang
pertama, tentang
perbuatan buruk dan perbuatan lebih utama(atau harus) diketahui. Ini penting
agar kita bisa mengarahkan diri kita mengenai apa yang pantas dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan. Baik dan buruk adalah kriteria moral yang
universal. Ia berkaitan dengan kepercayaan tertentu yang menjadi dasar
keyakinan.
Walau keyakinan setiap orang bisa
berbeda tetapi keriteria moral relatif tidak banyak berbeda karena moral lebih
mengurusi sifat-sifat universal yang ada pada manusia. Misalnya mencuri adalah
perbuatan buruk, hal itu disepakati oleh agama manapun bahkan orang-orang yang
mengaku tak beragama pun mengakui itu.
Adat (adat) waton (aturan) puniku (itu) dipun (harus) kadulu (dipahami). Adat
dan aturan hendaknya dipahami.
Yang
kedua, adat kebiasaan (tradisi) dan
aturan yang berlaku dalam masyarakat hendaknya dipahami agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman. Setiap masyarakat pasti punya kebiasaan masing-masing. Hal ini
erat kaitannya dengan sejarah terbentuknya suatu komunitas. Entah itu suatu
padukuhan, kelurahan, atau suatu bangsa. Latar belakang, motif dan tujuan apa
yang mendasari sehingga mereka hidup bersama.
Pada setiap komunitas pasti akan
terbentuk tradisi, sebuah kesepakatan yang didasari kepentingan bersama dan
diikat dengan komitmen masing-masing anggota masyarakat. Dalam hal-hal seperti
ini setiap komunitas akan mempunyai bentuk adat istiadat dan aturan lokal yang
berbeda-beda. Inilah yang harus dipahami oleh setiap anggota agar suasana
harmonis tetap terjaga.
Miwah (serta) ingkang (yang berkaitan) tata krama (tata
krama), denkaesthi (patuhilah) siyang (siang) ratri (malam). Serta
dalam hal tata krama, patuhilah di siang dan malam.
Yang
ketiga, tata krama harus dipatuhi di siang
dan malam. Tatakramaadalah adab, etika
atau aturan kebaikan yang bersifat lokal. Ia berkaitan dengan berkembangnya
akal budi manusia. Adab ini berbeda dengan akhlak. Jika akhlak lebih menekankan
tentang perbuatan hati, motif dan tujuan, adab lebih berkaitan dengan bentuk
perbuatan. Orang yang beradab baik bisa jadi tidak berakhlak baik, karena adab
hanya mengatur badan fisik. Tetapi orang yang berakhlak baik biasanya juga beradab
baik.
Walau demikian adab tetap penting
karena kehormatan seseorang terletak juga pada cara orang itu membawa tubuh
fisiknya. Dan satu kenyataan bahwa kita tak dapat menilai akhlak seseorang itu
baik atau tidak, karena akhlak lebih berkaitan dengan hati. Tetapi terhadap
adab seseorang kita bisa menilai baik dan buruknya.
Contoh tentang tatakrama secara
konkrit misalnya: bagaimana cara kita berbicara kepada orang yang lebih tua,
bagaimana cara kita melayani tamu, bagaimana cara kita meminta sesuatu kepada
orang lain, dll. Dari sikap seseorang ketika melakukan perbuatan-perbuatan yang
disebutkan tadi kita dapat menilai seseorang itu beradab baik atau buruk.
Hal-hal seperti inilah yang mesti kita perhatikan di siang dan malam.
Komentar
Posting Komentar